TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN EDUCATION (TQM). Era Kontemporer Dunia Pendidikan Dikejutkan Dengan Adanya Model Pengelolaan Pendidikan Berbasisi Industri.

TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN EDUCATION

(Book Review)

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Disusun Oleh:
Muhammad Miftah Arief



2015

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah Swt karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah Tugas Makalah berjudul Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan.”
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan  ini, khususnya kepada: Bapak Prof. Dr. H. Mulyadi, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Batu,      Oktober   2015

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat startegis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pengetahuan masyarakat (bangsa). Penyelenggaraan pendidikan yang bagus oleh suatu lembaga pendidikan akan menghasilkan kualitas lulusan yang bagus pula. Sedangkan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka lulusannya kurang sempurna kualitasnya.
Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu Negara. Berdasarkan hasil penelitian pengendalian mutu pendidikan, bahwa pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya manusia dan insan yang bekualitas.[1] Semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan lembaga pemerintahan di suatu negara, maka akan semakin baik tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di suatu negara. Dengan demikian proses peningkatan mutu pendidikan merupakan langkah pertama untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Bilamana kita analisis lebih mendalam reformasi dibidang pendidikan dewasa ini merupakan sesuatu yang mesti dilakukan. Dua faktor yang melatar belakanginya adalah faktor eksternal yaitu adanya tuntutan persaingan global di era kesejagatan dan faktor internal, yaitu perlunya penyesuaian sistem pendidikan dengan kebijakan otonomi daerah yang menuntut adanya desentralisasi bidang pendidikan.
Menurut Edwar Sallis di dalam bukunya yang berjudul Total Quality Management In Education yang sudah diterjemahkan oleh beberapa ahli didalam sebuah pengantar penerjemah, di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelolaan pendidikan berbasisi industri. Pengelolaan model ini mengandaikan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM), yang pada mulanya diterapakn pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan.[3]
TQM adalah suatu makna dan standar mutu dalam pendidikan. Ia memberikan suatu filosofi perangkat alat untuk memeperbaiki mutu. Ia dicapai dengan ide sentral yang diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan. Prinsip dasar dalam TQM adalah bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan, suatu ide yang mudah dipahami, namun orang yang mengimplementasikannya membutuhkan tingkat komitmen yang tinggi. Tidak ada spesifikasi tunggal dalam TQM. Beberapa organisasi berbeda dalam menangkap TQM menurut pandangan dan metode mereka sendiri-sendiri. TQM sangat fleksibel dan dapat diadopsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus maupun institusi, baik secara luas maupun sempit.[4]

Gambar Buku Total Quality Management In Education

Berdasarkan keterangan diatas maka dalam makalah ini akan mencoba membahas lebih dalam tentang TQM serta hal-hal yang berkaitan dengan TQM.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya maka dalam makalah ini terdiri dari rumusun masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Total Qualitiy Management (TQM) dalam pendidikan?
2.      Bagaiamana Implementasi TQM dalam pendidikan?
3.      Apa saja kelebihan dan kekurangan TQM dalam pendidikan? 
C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalh ini sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian Total Qualitiy Management (TQM) dalam pendidikan.
2.      Untuk mengetahui Implementasi TQM dalam pendidikan.
3.      Untuk mengetahui kelebihaan dan kekurangan TQM dalam pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Resensi Buku Total Qualitiy Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan
Judul buku Total Qualitiy Management In Education (Manajemen Mutu Pendidikan), yang dikarang oleh Edward Sallis dan diterjemahkan Dr. Ahmad Ali Riyadi, dengan penerbit IRCiSod.
Isi dari buku tersebut menjelaskan tentang konsep Total Quality in Management (TQM) dalam sebuah pendidikan. Di dalam buku ini menjelaskan bahwa pada mulanya TQM diterapkan pada sebuah perusahaan atau bisnis yang kemudian diterapkan dalam sebuah pendidikan. Buku ini menjelaskan TQM yang secara filosofis bahwa konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan secara berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Dalam buku ini dijelaskan tentang latar belakang lahirnya gerakan mutu yang diawali dari sebuah gagasan tentang konsep mutu yang berasal dari kontribusi Deming, Shewahart dan Juran. Merujuk pada konsep manajemen inilah kemudian Edward Sallis berhasil membuat sebuah konsep tersendiri tentang TQM di dalam sebuah lembaga pendidikan.
Seperti yang di ungkapkan di dalam buku Edwar Sallis pada bagian awal disebutkan bahwa tiga tokoh penting tentang mutu adalah W. Edward Deming, Joseph Juran dan Philip B. Crosby. Ketiganya berkosentrasi pada mutu dalam industri produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Namun kontribusi mereka terhadap gerakan mutu begitu besar dan memang harus diakui bahwa eksplorasi mutu akan mengalami kesulitan tanpa merujuk pada pemikiran mereka.
Menurut Edward Sallis dalam bukunya menjelaskan Manajemen Mutu Terpadu (MMTP) sekolah dipahami sebagai unit layanan jasa, yakni pelayanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka  yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah:
1.      Pelanaggan internal yang meliputi guru, pustakawan laboran, teknisi dan tenaga administrasi.
2.      Pelanggan eksternal yang terdiri atas pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakaian/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).
Peningkatan kualitas merupakan salah satu prasyarat agar kita dapat memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan, untuk itu peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan agar dapat survive dalam era global. Secara langsung peningkatan kinerja suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh kepuasan/pelanggan eksternal ataupun internal.
Total Quality Manajeman di dunia pendidikan seperti yang diungkapan oleh Edward Sallis bahwa ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan:[5]
1.      Perbaiakan secara terus menerus (continous improvement)
2.      Menentukan standar mutu (quality anssuranc)
3.      Perubahan cultural (change of culture)
4.      Perubahan organisasi (upside down organization)
5.      Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the cutomer).
Oleh karena itu perlu kejelasan sistematis pemberian wewenang antar institusi yang ada. Jadi dapat disimpulkan di dalam konsep MMTP strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah dibutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu.
B.     Total Quality Manajemen (TQM) Dalam Pendidikan
1.      Pengertian Mutu
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali orang mendengar dan membicarakan masalah kualitas. Apa sesungguhnya kualitas itu?, pertanyaan seperti ini banyak jawabannya, karena maknanya akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Kualitas sendiri memiliki banyak kreteria yang berubah secara terus menerus. Orang yang berbeda akan menilai dengan kreteria yang berbeda pula.
Definisi mutu memiliki pengertian yang bervriasi. Ada beberapa pendapat yang merumuskan tentang definisi mutu, antara lain:
a.  Menurut Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b.    Menurut Crosby, mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
c.     Menurut Deming, mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
d.   Menurut Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction).[6]
Hal diatas menunjukkan bahwa memang benar setiap orang berpendapat tentang mutu maka berbeda juga definisi yang diberikan tetapi bila dianalisa lebih mendalam ada keterkaitan antar pendapat-pendapat yang diberikan.
Berbicara tentang mutu berarti bicara tentang sesuatu bisa barang atau jasa. Barang yang bermutu adalah barang yang sangat bernilai bagi seseorang, barang tersebut secara fisik sangat bagus, indah, elegant, mewah, antik, tidak ada cacatnya, awet, kuat, dan ukuran-ukuran lainnya yang biasanya berhubungan dengan kebaikan (goodness), keindahan (beauty), kebenaran (truth), dan idealitas.[7]
Mutu merupakan realisasi dari ajaran ihsani, yakni berbuat baik kepada semua pihak disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun. Sebagaimana yang tersebut dalam al Qur’an surat al Qashash (28): 77.[8]

Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[9]
Hal tersebut diatas bila dianalisa lebih mendalam maka akan ditemukan sesuatu keserasian antara konsep TQM yang menekenkan akan kepuasan pelanggan sedangkan ayat diatas menunjukkan atau memerintahkan agar kita berbuat baik kepada setiap orang.
Mutu bukanlah konsep yang mudah didefinisikan, apalagi bila untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara beragam, orang dapat saja mengartikan mutu berdasarkan kriterianya sendiri seperti berikut ini:
a.       Melebihi yang dibayangkan dan diinginkan
b.      Kesesuaian antara keinginan dengan kenyataan pelayanan
c.       Sangat cocok dalam pemakaian
d.      Selalu dalam perbaikan dan penyempurnaan terus menerus
e.       Dari awal tidak ada kesalahan
f.        Mengembangkan dan membahagiakan pelanggan
g.      Tidak ada  cacat atau rusak.[10]
Dapat kita analisis dari pemaparan diatas bahwa mutu adalah sebuah kualitas, meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara menyeluruh atau universal, tetapi yang dimaksud mutu dan kualitas ini saling berkaitan. Contoh elemen-elemen kualitas bila kita anlisis adalah:
a.       Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
b.      Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
c.   Kualitas merupakan kondisi yang selalu berusaha (misalnya: apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang)
2.      Pengertian Total Quality Manajemen (TQM)
Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM adalah salah satu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan operasi atau peroses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai perbaiakan serta peningkatan kualitas barang sebagi produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan (costumer).[11]
Jadi manajemen peningkatan mutu (TQM) dalam pendidikan didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Edward Sallis mengemukakan bahwa strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah, institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa. Yakni institusi  yang menberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelanggan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah, dibutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu. Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat,pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atas jasa yang diberikan.[12]
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa TQM dalam pendidikan merupakan jasa, sedangkan jasa dituntut untuk memberikan  kepuasan kepada pelanggan atau orang yang memakai jasa yang ditawarkan.
a.      Tujuan TQM
Tujuan utama TQM dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksud tidak sekaligus, melainkan dituju berdasarkan peningkatan mutu pada setiap komponen pendidikan.[13]
b.      Prinsip TQM
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh organisasi dalam mengimplimentasikan manajemen mutu, sehingga dapat dicapai suatu kondisi dimana produk atau jasa yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan bermutu.
1.      Fokus pada pelanggan.
Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh pelanggan, oleh karena itu organisasi harus memahami kebutuhan saat ini dan yang akan datang dari pelanggan, dan selalu berusaha untuk dapat melampaui harapan pelanggan.[14] Ada beberapa yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan mengenai pelanggan. Pertama, mengerti apa yang sesungguhnya diinginkan oleh pelanggan. Kedua, memperhatikan terhadap kepuasaan pelanggan. Ketiga, memahami harapan pelanggan.[15]
2.      Kepemimpinan
Pemimpin harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Pemimpin hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang dapat melibatkan dirinyasecara penuh dalam mencapai tujuan organisasi.[16]
3.      Perbaikan terus-menerus
Proses perbaiakn dilakukan secara terus-menerus dengan cara melakukan deteksi dini terhadap semua proses untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
4.      Keterlibatan personal
Semua personal harus memliki kontribusi dan tanggung jawab terhadap mutu produk dan kepuasan pelanggan, untuk itu diperlukan upaya untuk menjadi personel memliki kompetensi dan pemahaman yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab secara benar.
5.      Pendekatan proses
Proses merupakan kumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Pengendalian proses sama dengan pengendalian mutu. Efisiensi akan diperoleh dengan mengendaliakan semua sumber daya yang digunakan dalam proses.
6.      Pendekatan sistem
Pendekatan sistem merupakan kumpulan dari pendekatan proses. Pendekatan dilakukan dengan cara mengidentifikasi, memahami dan mengelolaproses-proses yang saling terkait secara efektif dan efisien.
7.      Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
Semua keputusan, kegiatan dan fungsi dalam manajemen mutu ndilakukan atas dasar fakta dan data. Fakta dan data harus dapat dipertanggung jawabkan sehingga keputusan yang diambil dapat mencapai tingkat akurasi yang tinggi.
8.      Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
Melakukan pembinaan secara terus-menerus, agar pemasok memahami perannya sebagai bagian integral dari sebuah mekanisme bisnis yang saling menguntungkan.[17]
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, agar tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan dari penerapan TQM dalam pendidikan diharuskan menjalankan semua yang sudah ditentukan seperti mana diharuskannya melaksanakan prinsip-prinsip yang dipaparkan diatas.
3.      Model Pengembangan Mutu TQM
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa semenjak TQM diterapkan sebagai salah satu alternatif meningkatkan mutu produk berupa barang dan layanan/jasa, maka terjadi lompatan yang berarti bagi setiap negara industri untuk memperbaiki manajemen organisasinya. Muncul pula pemikiran-pemikiran baru dari para ahli yang memperbaiki berbagai kekurangan dari pendekatan dan pemikiran para ahli sebelumnya. Manajemen mutu dalam pendekatan TQM awalnya diterapkan dalam dunia industri, prusahaan dan bisnis, namun di kemudian hari konsep TQM kemudian dapat pula diterapkan dalam berbagai bidang usaha yang bergerak dalam bidang layanan jasa, termasuk pendidikan.
Nasution mengutip pendapat Goetsch dan Davis  bahwa ada sepuluh unsur pokok dalam TQM yaitu:
a.       Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalm menentukan kualitas tenaga kerja proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
b.      Obsesi terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapakan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
c.       Pendekatan ilmiah
Pendakatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
d.      Komitmen jangka panjang
TQM merupakan suatu pradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula, oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
e.       Kerja sama tim (teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.[18]
f.        Perbaikan sistem secara berkesinambungan
Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan.Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
g.      Pendidikan dan pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
h.      Kebebasan yang terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
i.        Kesatuan tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
j.        Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan            
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.[19]
C.    Implementasi TQM Dalam Pendidikan
Kemudian pada tataran praktis, implementasi dari konsep teoritis di atas dapat dikembangkan dalam konteks lembaga pendidikan. Kadang-kadang, terjadi kesulitan ketika menerapkan konsep TQM yang memang dari awalnya berasal dari dunia bisnis perusahaan. Oleh karena itu, Edward Sallis memberikan langkah-langkah yang sangat bermanfaat bagi pengelola pendidikan untuk dapat mengimplemantasikan konsep tersebut dalam sebuah lembaga pendidikan. Adapun langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut:
1.  Kepemimpinan dan komitmen mutu harus datang dari atas. Seluruh tokoh mutu menekankan bahwa tanpa dukungan dari manajemen senior, maka sebuah inisiatif mutu tidak akan bertahan hidup. Kepala sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan selalu memotivasi supervisor lainnya agar selalu berupaya keras dan serius dalam meningkatkan mutu ini.
2.    Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dapat dicapai dengan usaha yang terus-menerus untuk mencapai tujuan pelanggan, baik eksternal maupun internal. Kemudian pandangan dari oaring yang tidak bergabung di institusi juga dikumpulkan. Informasi dari konsultasi ini harus disusun dan di analisis kemudian digunakan ketika membuat keputusan.[20]
3.   Menunjuk fasilitator mutu. Fasilitator mutu harus menyampaikan perkembangan mutu langsung kepada kepala sekolah. Tanggung jawab fasilitator adalah mempublikasikan program dan memimpin kelompok pengendali mutu dalam mengembangkan program mutu.
4. Membentuk kelompok pengendali mutu. Kelompok ini harus merepresentasikan perhatian-perhatian kunci dan harus merupakan representasi dari tim manajemen senior. Perannya adalah untuk mengarahkan dan mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah pengembang ide sekaligus inisiator proyek.
5.      Menunjuk koordinator mutu. Dalam setiap inisiatif dibutuhkan orang-orang yang memiliki waktu untuk melatih dan menasehati orang-orang lain. Koordinator tidak mengerjakan seluruh proyek mutu. Perannya adalah untuk membantu dan membimbing tim dalam menemukan cara baru dalam menangani dan memecahkan masalah. [21]
6.      Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program. Pelatihan khusus dalam pendekatan strategis terhadap mutu mungkin dibutuhkan. Hal itu dikarenakan mereka perlu memberi contoh pada tim dalam memajukan institusi.
7.    Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada. Proses ini tidak bisa diremehkan, karena ia sangat menentukan seluruh proses mutu. Seluruh institusi perlu menjelaskan dimana posisinya dan mana arah yang mereka tuju.
8.    Menggunkaan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain. Ini bisa berupa adaptasi dari salah satu “guru” mutu atau seorang tokoh pendidikan khusus atau yang mengadaptasi pola TQM yang diterapkan di tempat lain untuk kemudian diambil sisi positifnya dan bisa diterapkan di sekolah yang dipimpin.[22]
9.  Mempekerjakan konsultan eksternal. Langkah ini sangat baik dilakukan, teruama jika ingin mencapai tingkat standar mutu internasional, semacam ISO. Akan tetapi biayanya cenderung mahal, hanya sekolah yang dengan sumber dana memadai yang bisa melakukan itu.
10. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah tahap implementasi awal yang sangat penting. Oleh karena itu setiap orang perlu dilatih dasar-dasar TQM. Staf membutuhkan pengetahuan tentang beberapa alat kunci yang mencakup tim kerja, metode evaluasi, pemecahan masalah, dan teknik pembuatan keputusan.
11. Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan keuntungan TQM harus dikomunikasikan secara efektif. Program jangka panjang harus dirancang seara jelas. Staf harus mendapatkan informasi atau laporan secara regular melalui surat kabar atau jurnal.
12.  Mengukur biaya mutu. Mengetahui biaya dalam implementasi program mutu merupakan hal yang penting. Demikian juga dengan biaya pengabaian mutu. Biaya tersebut bisa muncul dari berkurangnya jumlah pendaftar, kegagalan murid, kerusakan reputasi dan sebagainya. Pengujian terhadap biaya pengabaian mutu itu juga perlu dilakukan, agar disatu sisi tetap berpegang pada program mutu, di sisi lain juga ada kontrol terhadap biaya yang dikeluarkan.
13.  Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Evaluasi teratur harus menjadi bagian yang integral dalam program mutu. Evaluasi itu harus dilakukan eman bulan sekali secara teratur dan hasil dari evaluasi itu benar-bernar dijadikan bahan pertimbangan berjalannya program selanjutnya.[23]
Pemaparan diatas adalah sebuah langkah-langkah yang diberikan Edward Sallis untuk menerapkan TQM dalam sebuah lembaga pendidikan, bila kita analisis bersama pendidikan di Indonesia sedikit banyaknya ada menerapakan hal tersebut contoh sederhana yang dapat kita lihat dari keterlibatannya pemerintah dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan.
Dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Kepmendiknas No. 044/U/2002 dan UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 56 ayat (1). Dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah, ayat (2) Dewan pendidikan, sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis, dan ayat (3) Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.[24]
Selanjutnya ada sebuah pendidikan dan pelatiahan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada model pengembangan mutu TQM hal ini dilaksanakan agar kiranya dengan belajar, setiap orang yang terkait dalam lembaga pendidikan khususnya seperti kepala sekolah, guru dan yang terkait dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. Hal tersebut pun sudah dijalankan dengan adanya program Pelatihan Profesionalisme Guru yang menitik beratkan agar para guru dapat memerankan fungsinya secara optimal.
Pelatihan profesionalisme guru ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pendidik profesional, menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan sifat program pelatihan, lokakarya, konsultasi, praktek.
Penjelasan diatas sedikit menunjukkan bahwa usaha untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan diterapkan dengan sedikit banyaknya mengambil sebuah konsep TQM yang sudah dijelaskan sebelumnya.
D.    Kegagalan Dalam Implementasi TQM
Banyak lembaga pendidikan yang mampu menerapkan TQM, tetapi tidak sedikit pula yang gagal menerapkannya. Faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi perusahaan atau sekolah dalam menerapkan TQM. Hal-hal yang perlu dihindari karena dapat menggagalkan proses TQM adalah sebagai berikut:[25]
1.      Kesenjangan komitmen manajemen puncak
Manajemen puncak (kepala sekolah dan para wakilnya) tidak menghayati sepenuhnya arti TQM, sehingga tidak mampu pula membangun struktur organisasi yang diperlukan untuk pelaksanaan TQM dan tidak mampunya membentuk sistem hadiah (reward system) yang mendorong dilaksanakannya TQM. 
2.       Salah memfokuskan perhatian
      Salah memfokuskan pada salah satu butir-butir atau sistematika TQM saja, sehingga mengabaikan butir-butir yang lain. Seharusnya semua langkah-langkah dalam TQM dilakukan secara urut dan lengkap. Karena semua bagaikan sistem yang saling mempengaruhi.
3.      Tidak tersedianya karyawan yang memadai dan mendukung
         Keberhasilan TQM didasari oleh karyawan yang siap dan mempunyai komitmen akan tanggung jawab menjalani tugasnya pada manajemen mutu terpadu. Komitmen tidak timbul hanya melalui maklumat atau pengumuman resmi, tetapi memerlukan informasi kepada karyawan tentang tujuan TQM dan pentingnya TQM bagi perusahaan mereka.
4.      Hanya mengandalkan pelatihan semata-mata
        Setelah latihan dilaksanakan, selanjutnya adalah bagaimana hasil pelatihan itu dilaksanakan (by action). Berarti ini memerlukan hal-hal lain, seperti perbaikan mutu, menciptakan operasi yang lebih baik, jelas dan mengerti para karyawan.
5.      Harapan memperoleh sesaat, bukan hasil jangka panjang
      Pelaksanaan TQM memerlukan perubahan organisasi secara mnyeluruh dan budaya kerja. Perubahan tidak dapat segera terjadi dalam waktu singkat dan cepat, bahkan hasilnya mungkin baru dapat dirasakan satu sampai dengan dua tahun. Ketekukan dan kesabaran tim TQM di sini sangat diperlukan.
6.      Memaksa mengadopsi suatu metode padahal tidak cocok
        Tidak semua teknik dalam TQM cocok di berbagai lembaga. Hal ini perlu penyesuaian, bila tidak, hanyalah kegagalan yang diperoleh. Pimpinan sekolah perlu secara luwes dalam menerapkan sistem TQM, lalu mereka mempunyai kemauan untuk menelusuri kembali berbagai kekurangan secara tepat. Sehingga, dapat  menentukan apakah sesuatu yang telah diadopsi itu cocok atau perlu penyesuaian dengan kondisi serta situasi sekolah atau perusahaan mereka. 
Bisa ditarik sebuah kesimpulan dari penjelasan diatas tentang kegagalan dalam penerapan TQM bahwa, dalam menerapkan TQM perlu keseimbangan antara konsep yang satu dengan yang lainnya serta setiap evaluasi dilaksanakan dan mendapatkan hasil untuk evaluasi tersebut maka bilamana ada terdapat kekurangan hendaknya dilakukan sebuah penyempurnan yang berkesinambungan. Ini pun sejalan dengan konsep TQM secara filosofis yang menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaiakan yang berkelanjutan hal ini untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
E.     Analisis Kelebihan dan Kekurangan
Berbicara kelebihan dapat dipastikan juga ada didalamnya kekurangan penulis mencoba menganalisis kelebihan dari buku Total Quality Management In Education yang dikarang Edwar Sallis terlebih dahulu.
Buku Total Quality Management In Education ini sangat sistematis dalam menyajikan permasalahan yang terkait dengan TQM dalam lemaga pendidikan, mulai dari analisis mutu secara umum terkait dari latar belakang secara umum lahirnya gerakan mutu, definisi awal, gerakannya dalam bidang pendidikan, tokoh-tokoh mutu dan membahas tentang masalah terkait dengan konsep mutu. Melalu buku ini dia mampu memberikan pemahaman tentang konsep mutu dalam lembaga pendidikan yang diperoleh dari pengalaman dunia bisnis yang dapat diimplementasikan dalam sebuah lembaga pendidikan. Dengan adanya buku ini maka akan sangat membantu bagi kalangan praktisi pendidikan untuk dapat mengembangkan lembaga pendidikan yang berorientasi pada mutu dengan melakukan perbaikan secara terus menerus pada lembaga pendidikan.
Sedangkan kekuarangan dalam buku Total Quality Management in Education adalah bahwa konsep manajemen mutu terpadu yang di tulis oleh Edward Sallis masih bersifat gelobal terhadap sistem pendidikan yang ada. Konsep yang ditawarkan sudah sangat baik tentang manjemen mutu, meskipun secara keseluruhan proses pendidikan dimanapun sama, namun tentunya untuk dapat diterapkan dalam konsep pendidikan di Indonesia juga harus memperhatikan karakteristik pendidikan serta kebijakan yang ada di Indonesia.
Selain amalisi kelebihan dan kekurangan dari buku disini penulis juga mencoba menganalisi kekurangan dan kelemahan dalam penerapan TQM. Kelebihan yang bisa diungkapkan diantaranya:

NO
Kelebihan
Kelemahan
1
Merupakan konsep yang inovatif dalam sebuah sistem manajemen yang beranjak dari pengelolan pendidikan berbasis industri
Konsep baru yang masih belum banyak di terapkan oleh banyak lembaga sehingga keefektipan dan keefisienan konsep masih dalam penelitian
2
Penerapan TQM merupakan suatu konsep yang menjawab semua kebutuhan masyarakat saat ini yang tentunya di era persaingan gelobal.
Indonesia mempunyai masyarakat yang majmuk sehingga keinginan dan kesiapan masyarakat dalam mengahadapi perubahan diperlukan waktu yang panjang untuk memperkenalkan
3
Penerapan TQM adalah konsep yang mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk berkerjasama untuk membangun dan meningkatkan mutu pendidikan. Sehingga, dengan adanya pemberdayaan seluruh komponen yang ada di Indonesia ini maka pendidikan yang bermutu tinggi bukan hanya sekedar mimpi tetapi kenyataan yang akan dibangun secara bersama.
Adanya kebijakan pemerintah yang seringkali berubah-ubah sehingga penyesuaian konsep perlu dipertimbangkan secara mendalam dan serius.

Terlepas dari itu TQM dalam pendidikan menginginkan terciptanya sebuah pendidikan yang berkualitas dan bermutu, ini pun sejalan dengan kehendak dari berbagai aspek yaitu pemerintah, masyarakat serta yang terkait didalamnya. Menurut Dedi Mulyasana, pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara mebebaskan peserta didik dari ketidak tahuan, ketidak mampuan, ketidak berdayaan, ketidak benaran, ketidak jujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.[26] Intinya bilamana semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan lembaga pemerintahan di suatu negara, maka akan semakin baik tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di suatu negara.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.  Total quality manajemen adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM dalam pendidikan didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
2.      Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan TQM dalam pendidikan seperti: kepemimpinan dan komitmen mutu harus datang dari atas, menggembirakan pelanggan, menunjuk fasilitator mutu, membentuk kelompok pengendali mutu, menggunkaan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain, mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Hal tersebut harus dilaksanakan dengan seimbang sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.
3.  Dari analisis kelebihan dan kelemahan TQM dalam pendidikan yaitu penerapan TQM adalah konsep yang mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk berkerjasama untuk membangun dan meningkatkan mutu pendidikan. Sehingga, dengan adanya pemberdayaan seluruh komponen yang ada di Indonesia ini maka pendidikan yang bermutu tinggi bukan hanya sekedar mimpi tetapi kenyataan yang akan dibangun secara bersama. Sedangkan analisi kelemahannya adalah adanya kebijakan pemerintah yang seringkali berubah-ubah sehingga penyesuaian konsep perlu dipertimbangkan secara mendalam dan serius.


[1] Nana Syaodih Sukmadinata, dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Bandung:
Refika Aditama, 2006).
[2]Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra
Umbara, 2003).
[3]Edward Sallis, Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan, (Cet, XVI; Jogjakarta: IRCiSoD, 2012).
[4]Sallis, Total Quality Management.
[5]Sallis, Total Quality Management.
[6]Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010).
[7]Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Cv Alfabeta, 2010).
[8]Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah.
[9]QS. al Qashash  (28): 77.
[10]Engkoswara , Administrasi Pendidikan, hlm. 304.
[11]Marno dan Trio Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Pt Refika Aditama, 2008).
[12]Sallis, Total Quality Management.
[13]Marno, Manajemen dan Kepemimpinan.
[14]Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013).
[15]Marno, Manajemen dan Kepemimpinan, hlm.
[16]Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan.
[17]Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan.
[18]Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality  Management), (Cet, II; Bogor: Ghalia Indonesia, 2005).
[19]Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep. Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2011).
[20]Sallis, Total Quality Management.
[21]Sallis, Total Quality Management.
[22]Sallis, Total Quality Management.
[23]Sallis, Total Quality Management.
[24]Endang, UU Tentang Peningkatan Mutu Pendidikan, https://endang965.wordpress.com/smakos/album/profil-smakos/, di akses pada 3 Oktober 2015, pukul 03.47 Am.
[25]Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
[26]Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012).

Post a Comment

0 Comments