Puasa Ramadan

'SAUM (PUASA) RAMADAN"
 (1) Gambar
Soal:
1.      Jelaskan pengertian puasa Ramadan ditinjauan dari kajian Al-Qur’an dan Fiqih serta dasar hukumnya? Dalam kahidupan sehari-hari kita sering mendengar bahwa kegiatan atau amal ibadah puasa itu merupakan sesuatu yang bernilai positif. Yang jadi pertanyan adalah sifat positif yang seperti apa yang dimaksud?
 Jawab:
Arti saum adalah menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks sejak subuh sampai magrib. Saum ditetapkan setelah sholat pada tahun kedua Hijrah di Madinah. Tujuan puasa menurut Al-Qur’an adalah untuk menjadi orang yang bertaqwa. Taqwa adalah menahan diri, takut kepada Allah. Kata takwa (التَّقْوَى) dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja (وَقَى) yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan bahwa Takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.
Didalam Al-Qur’an ditegaskan mengenai puasa pada bulan Ramadan pada surah Al-Baqarah 183-188.
Artinya: Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, yaitu dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu member makan orang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati dengan mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui beberapa hari yang ditentukan ialah bulan Ramdhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah mereka berpuasa di bulan itu, dan barangsiapa atau dalam perjalanan, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudian bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu menganggungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Qs. Al-Baqarah: 183-185). Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. (Qs. Al-Baqarah: 186-188).
Nabi Muhammad saw pernah bersabda. “Puasa adalah perisai, maka orang yang berpuasa hendaklah tidak berkata kotor, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih disukai Allah daripada bau mistik. “(Bukhari).
Adapun ditinjau dari kajian fiqih pengertian ibadah puasa Ramadan adalah:
·     Secra Etimologis (Lughah), istilah puasa As-shiyam atau As-Shaum berarti menahan diri, atau diam dalam segala bentuknya termasuk tidak berbicara.
Allah Swt berfirman:

Artinya: Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
·    Secara Terminologi (Istilah), sebagaimana diungkapkan para ulama fiqih pengertian puasa adalah:
اَلصّيَامُ : الإِمْسَاكُ عَنِ الأَكْلِ وَ الشَّرَبِ وَ الْجِمَاعِ وَ غَيْرِهَا مِمَّا وَرَدَ بِهِ الشَّرْعِ فِيْ النَّهَارِ عَلَى الْوَحْدِ الْمَشْرُوْعِ وَيِتْبَعُ ذَلِكَ اللإِمْسَاكُ عَنِ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَغَيْرِهَا مِنَ الْكَلَام الْمَحْرَمِ وَ الْمَكْرُوْهِ فِيْ وَقْتٍ مَخْصُوْصٍ بِشُرُوْطٍ مَخْصُوْصَةٍ.
Artinya: Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan melakukan hubungan seksual (suami-istri), dan lain-lainya, sepanjang hari menurut ketentuan syarak, disertai dengan menahan diri dari perkataan yang sia-sia (membual), perkataan jorok, dan lainnya, yang baik yang diharamkan maupun dimakruhkan, pada waktu yang telah ditetapkan dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, hal-hal yang dapat membatalkan puasa meliputi makan, minum, hubungan suami-istri (jimak), termasuk mabuk atau muntah yang disengaja, dan khusus bagi wanita haid dan nifas.
Dalam kaitannya dengan istilah ramadhan, yang berasal dari kata Ramadha, artinya panas terik, membakar. Maka yang dimaksud dengan berpuasa dibulan Ramadan berarti selama sebulan itu para pelakunya berusaha membakar dosa-dosanya, sehingga jika tiba Idul Fitri ia akan keluar sebagai seorang anak yang baru lahir dari rahim ibunya, dalam keadaan suci (fitri) tanpa dosa. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْر ٌ مُبَارَكٌ كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَ سَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ. مَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَاناً وَ إِحْتِسَاباً خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ. رواه ابن خزيمة
Artinya: Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah, allah telah mewajibkan kalian berpuasa (disiang hari), dan aku sunahkan kalian bergadang (di malam harinya) untuk melakukan Qiamulail. Siapa yang berpuasa dan melakukan Qiamulail atas dasar keimanan dan penuh keikhlasan, ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan ibunya (suci tanpa dosa). (HR Ibnu Khuzaimah)
Adapun dasar hukumnya adalah: sebagai salah satu rukun Islam, ibadah puasa diwajibkan kepada setiap Muslim agar dilaksanakan pada setiap bulan Ramadan. Sebagaimana dinyatakan Rasulullah Saw:
بُنِىَ اللإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَآ إِلَهَ ِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ إِقَامِ الصَّلاَةِ وَإيْتَآءِ الزَّكَاةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنِ  اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.
Artinya: Islam itu terbina atas lima hal Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu. (HR Bukhari, Muslim, Turmuzi, dan Nasai).
Puasa adalah amal ibadah yang positif, meskipun pada lahirnya puasa yang berupa tidak berbuat dan mencegah itu sepintas lalu tampak negatif, tetapi hakikatnya dan jiwanya merupakan amal ibadah yang positif sebab orang yang berpuasa menahan diri dari keinginannya itu dengan niat beribadah kepada Allah. Dengan demikian, puasa adalah amal kejiwaan yang menyangkut kehendak, yang mempunyai bobot dalam timbangan kebenaran, kebaikan, dan diterima di hadirat Allah.
Faktor niat itulah yang membedakan nilai perbuatan dan tidak berbuat. Ajaran agama tidak lain berupa berbuat dan tidak berbuat; perbuatan melakukan yang diperintahkan, baik yang wajib maupun sunat, dan tidak berbuat hal yang dilarang, baik yang haram maupun yang makruh. Bahkan nilai keutamaan tidak lain adalah melakukan hal yamg seharusnya diperbuat dan meninggalkan hal yang seharusnya tidak diperbuat.
Sifat positif pada ibadah puasa itulah yang menyebabkan puasa merupakan ibadah yang sejak dulu disyariatkan kepada para rasul, meskipun dalam sejarahnya mengalami perubahan dan penggantian oleh campur tangan manusia.
Adapun tujuan puasa seperti ayat yang sudah dijelaskan di atas QS Al-Baqarah ayat 183 memerintahkan orang beriman untuk  melakukan puasa sebagai suatu kewajiban, sebagaimana pernah diwajibkan kepada umat sebelumnya dengan tujuan memperoleh taqwa.
Soal:
2.      Secara garis besar,"Puasa Ramadhan" adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala yang membatalkannya. Mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan niat puasa semata-mata karena Allah.
Puasa Ramadhan juga masuk dalam rukun Islam, oleh karena itu semua orang yang mengaku Islam harus berpuasa. Tetapi, seringkali kita lihat tidak sedikit juga orang Islam tidak melakukan puasa. Salah satu yang menyebabkannya adalah pemahaman yang kurang terhadap ajaran Islam termasuk juga kurang mengetahui manfaat yang bisa didapat jika berpuasa. Masih banyak orang-orang termasuk orang muslim bertanya mengapa kita harus puasa sebulan penuh di bulan Ramadan. Sebenarnya banyak sekali makna dan manfaat puasa ramadhan yang bisa ditinjau dari berbagai aspek. Coba Jelaskan makna dan manfaat yang bisa ditinjau dari puasa Ramadan tersebut?
Jawab:
Memang bila ditelaah lebih lanjut, bnyak sekali manfat dan makna yang tersimpan dalam puasa Rama dan itu sendiri, berikut ini beberapa aspek yang ditinjau:
1.       Ditinjau dari segi Agama atau Religi
Kita melakukan puasa sebagai bukti kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah sang Maha Pencipta karena puasa itu sendiri merupakan perintah-Nya. Sebagaimana firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa " (Al-Baqarah: 183). "Jadi jelas puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang beriman (Islam). Tujuannya pun jelas yaitu untuk mendapatkan derajat taqwa di sisi Allah".
2.       Dilihat dari aspek sosial dan kemasyarakatan
Puasa dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati kepada orang lain yang selama ini kekurangan. Juga sebagai bukti adanya persamaan derajat di sisi Allah. Orang-orang yang berkecukupan, yang selama ini makan 3-4 kali sehari dapat merasakan penderitaan sebagian orang yang kurang mampu yang biasa hanya makan 1-2 kali sehari bahkan kadang tidak makan. Sehingga diharapkan akan timbul perasaan dan keinginan untuk menolong yang kurang mampu. "Allah juga tidak membedakan puasanya orang kaya dan orang miskin. Dihadapan Allah syarat sahnya puasa sama.
Orang yang merasa lapar pada waktu menjalani puasa akan terketuk hati dan ingatannya kepada orang fakir miskn, dalam suatu riwayat, ketika Nabi Yusuf diberi kekuasaan atas gudang bahan makanan di Mesir, ia banyak berpuasa. Pada waktu ditanya mengapa ia berpuasa padahal kekuasaan perbendaharaan dan gudang bbahan makanan di tangannya, ia menjawab, ápabila saya selalu kenyang, takut lupa kepada perasaan lapar yang diserita si fakir.”
3.       Ditinjau dari aspek pribadi
Dapat dilihat dari segi fisik dan psikologis: Dari aspek psikologis
puasa merupakan latihan bagi kita untuk bisa menahan nafsu- nafsu jelek yang muncul dari dalam diri kita. Nafsu yang paling kuat yang ada dalam diri manusia dan termasuk hal yang membatalkan puasa adalah nafsu yang sumbernya perut dan kemaluan. Nafsu tersebut juga sering menjadi biang kejahatan. Dengan latihan di bulan Ramadhan diharapkan setelah Ramadhan kita bisa menahan dan mengatur nafsu tersebut dengan baik. "Barang siapa menjamin kepadaku apa yang berada di antara kumis dan janggutnya, serta apa yang berada diantara kedua pahanya, maka aku akan menjamin kepadanya surga " (HR. Bukhari).
4.       Ditinjau Dari aspek jasmani dan fisik
Hadis riwayat Ibnu Majah dan Hibban mengajarkan bahwa tempat pada manusia tidak ada yang lebih buruk dipenuhi daripada perutnya, cukuplah orang makan sekedar dapat untuk menegakkan tulang punggungnya, apabila harus diadakan pembagian, hendaknya sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafasnya. Apabila perut itu adalah sarang penyakit, mencegah makanan aalah obat yang paling utama. Dengan demikian, puasa adalah obat yang paling utama. Dengan demikian, puasa adalah salah satu cara yang amat besar artinya bagi kesehatan jasmani. Hadis Nabi riwayat Thabrani mengajarkan, “berpuasalah, kamun akan sehat.”
Oleh karena itu, puasa pada siang hari yang diikuti dengan makanan sepuas-puasnya pada malam harinya, beraneka macam makanan dibeli, ibarat pesta malam selama bulan Ramadan, tidak sesuai dengan tujuan puasa dari segi jasmani tersebut. Berpuasa harus kita lakukan dengan cara yang benar sehingga akan mendatangkan kesehatan rohaniah maupun jasmaniah, bukan puasa yang formalitas, namun puasa yang berjiwa, puasa yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan sesuai dengan tuntunan Nabi saw.
Dengan puasa kita dapat hidup lebih sehat. Organ tubuh, terutama pencernaan yang selama ini terus bekerja keras, dapat beristirahat pada siang harinya. Dengan kondisi seperti ini organ tubuh yang mengalami kerusakan dapat melakukan recovery atau perbaikan selagi tidak bekerja. Sehingga ketika bekerja kembali dapat bekerja secara maksimal dan tubuh dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
Puasa juga dapat mengurangi resiko terkena berbagai macam penyakit. Ketika kita berpuasa terjadi penurunan laju metabolisme dalam tubuh. Buktinya, tubuh menjadi dingin. Hal ini menunjukkan terjadinya pengurangan asupan dan konsumsi oksigen secara total oleh tubuh. Dengan adanya pengurangan konsumsi oksigen, maka produksi radikal bebas oksigen yang bersifat racun akan turun. Kelebihan radikal bebas oksigen dapat menyebabkan menurunnya aktifitas enzim dan dapat merusak sel-sel tubuh secara umum. Sehingga bisa menyebabkan timbulnya penyakit.
Dengan berpuasa, produksi radikal bebas oksigen dapat ditekan sampai 90% dan meningkatkan produksi antioksidan sampai 12%. Saat kita puasa, secara tidak langsung kita telah mengurangi masuknya makanan dan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh termasuk racun. Pada saat puasa juga, usus tidak terisi secara penuh, sehingga dapat menyebabkan absorbsi zat-zat makanan termasuk racun tidak maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan kecilnya resiko terkena penyakit. Kalaupun racun terabsorsi bersama makanan, maka Hati sebagai organ yang menetralkan racun dapat bekerja baik karena racunnya sedikit.
Pada kondisi tidak puasa, dengan makanan yang berlebihan, produksi racun dan racun yang terserap sangat banyak. Sehingga hati tidak bisa menetralkan racun seluruhnya. Racun yang tidak bisa dinetralkan oleh Hati akan terbawa oleh aliran darah ke organ-organ. Hal inilah yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit.
5.       Ditinjau dari aspek kejiwaan
Alquran menegaskan bahwa tujuan puasa badalah untuk menjadikan seseorang berjiwa taqwa. Taqwa berarti menjaga diri jangan sampai sengsara, menjaga diri dilakukan dengan taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Orang akan dapat taat apabila jiwanya kuat sebab perintah Allah tidak dimaui hawa nafsu dan larangan Allah amat disenangi hawa nafsu. Untuk melatih agar mempunyai jiwa yang kuat harus ada waktu yang khusus unmtuk latihan menahan hawa nafsu, dan latihan diberikan oleh Islam berupa ibadah puasa Ramadan.
Latihan menahan nafsu diperintahkan tidak total selama bulan, tetapi hanya pada siangnya, mulai fajar sampai terbenam matahari; makan-minum, dan bertemu antara suami istri itu merupakan hal yang diperbolehkan dan dalam waktu sama disenangi nafsu. Hal yang halal itu dilarang pada siang bulan Ramadan saja dengan tujuan melatih jiwa dapat sabar dan berkehendak kuat untuk taaf kepada aturan Allah.
Hal lain yang dilatih dalam ibadah puasa adalah perasaan selalu berada dalam penilikan Tuhan. Tidak ada satu perbuatan pun, bagaimanpun ia tersembunyi dari penglihatan manusia, yang tersembunyi dari penglihatan manusia, yang tersembunyi dari penglihatan Tuhan. Dengan demikian, orang yang berpuasa melatih diri untuk berbuat ihsan dalam ibadah, selalu merasa dilihat Allah.
Soal:
3.      Telah diwajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Bulan kesembilan pada penanggalan Hijriah ini memiliki banyak keutaaman bagi umat Islam, bahkan beberapa menyebutnya bulan seribu bulan. Coba sebutkan beberapa keutamaan bulan Ramadan bagi umat islam beserta penjelasannya?
Jawab:
Memang khusus pada bulan Ramadhan, amal kebaikan umat Islam akan dibalas dengan berkah pahala yang berlipat ganda, bahkan bila kita menjalani puasa dengan sempurna, ketika hari lebaran datang, kita akan bersih dari dosa seperti bayi yang baru lahir kembali. Maka kita sebagai umat muslim sudah seharusnya tidak melewatkan bulan Ramadhan dengan kegiatan yang sia-sia, agar lebih termotivasi menjalani bulan puasa dan lebih memahami makna bulan ramadhan itu sendiri, maka disini dijelaskan bebrapa keutamaan yang tersimpan dalam puasa bulan Ramadan.
1.      Bulan Diturunkannya Al-Quran
Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana kitab suci umat Islam (Al-Qur’an) pertamakali diturunkan. Sesuai dengan QS. Al-Baqarah 185 yang artinya:
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).”
2.      Amal Sholeh Yang Berlipat Ganda
Sebagai umat Islam yang menjalankan amalan sholeh dan kewajiban seorang muslim pada bulan ramadhan akan mendapatkan balasan berlipat ganda, sampai sebagai 70 kali lipat sebagaimana terdapat dalam Hadist:
Khutbah Rasululah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Bukhori-Muslim).
3.      Bulan Penuh Keberkahan
Pada bulan puasa seorang muslim berkesempatan untuk kembali ke jalan yang baik dan mendapat keberkahan yang nilainya sama dengan seribu bulan. Maka bila seorang muslim pada bulan puasa saja tidak juga memanfaatkan kesempatannya, bulan lain kemungkinan akan lebih buruk lagi. seperti hadits dibawah ini:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kamu berpuasa, karena dibuka pintu- pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaitan- syaitan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya.” (HR Ahmad, An-Nasa’l, dan Baihaqi).
4.      Ramadhan Bulan Pengampunan Dosa
Pada bulan Ramadhan juga seorang muslim berkesempatan untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya, bahkan ibadah yang sempurna pada bulan puasa akan menjadikan seorang muslim suci kembali bagaikan bayi yang baru lahir. Sesuai Hadist Shahih:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari).“ Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan, merupakan penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
5.      Pintu Surga Ditutup, Pintu Neraka Ditutup
Selebar-lebarnya pintu untuk kembali ke jalan yang lurus pada bulan Ramadhan dibuka bagi umat Islam. Sesuai Hadist dibawah ini:
“Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu.” (HR. Muslim)
6.      Bulan yang Mendidik untuk Mencapai Ketaqwaan
Menahan haus, lapar dan amarah merupakan jalan menuju sifat-sifat sabar yang taqwa. Itulah mengapa berpuasa sebulan penuh pada Ramadhan dapat membimbing umat Islam mencapai ketawaan. Sesuai surat dalam Al-Quran yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al Baqarah 183)
7.      Terdapat Malam Lailatul Qadar
Malam 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan merupakan waktu-waktu yang diantaranya terdapat malam Lailatul Qadar, dimana malam tersebut baik diisi doa-doa yang baik dan mukjizat dapat turun pada umat Islam pada malam Lailatul Qadar tersebut.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr 1-3).
Artinya: Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Soal:
4.      Didalam Al-Qur’an ditegaskan mengenai puasa pada bulan Ramadan pada surah Al-Baqarah ayat 183:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Bila ditinjau dari ayat diatas ada disebutkan pada ayat tersebut “Sebagaimana telah diwajibkan juga kepada orang-orang yang sebelum kamu mudah-mudahan kamu bertaqwa.” Artinya ada aspek sejarah didalamnya. Coba jelaskan dari aspek tersebut?
Jawab:
Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa nabi Adam as. sesampainya di bumi setelah diturunkan dari sorga akibat dosa dan kesalahan yang dilakukan, dia bertaubat kepada Allah swt dan berpuasa selama tiga hari setiap bulan. Itulah yang kemudian dikenal dengan puasa hari putih yang juga sunah untuk dikerjakan pada setiap tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.
Nabi Daud as juga melaksanakan puasa, bahkan dalam waktu yang cukup lama yaitu setengah tahun, di mana nabi Daud berpuasa satu hari dan berbuka satu hari begitulah selama satu tahun. Al-Qurthubi, dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, menyebutkan bahwa Allah telah mewajibkan, puasa kepada Yahudi selama 40 hari, kemudian umat nabi Isa selama 50 hari. Tetapi kemudian mereka merubah waktunya sesuai keinginan mereka. Jika bertepatan dengan musim panas mereka menundanya hingga datang musim bunga. Hal itu mereka lakukan demi mencari kemudahan dalam beribadah. Itulah yang disebut nasi’ seperti disebutkan dalam surah At Taubah: 37.

Artinya: Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Hal itu menggambarkan betapa umat Yahudi selalu menghindarkan diri untuk melaksanakan ibadah dengan sempurna sesuai aturan Tuhan. mereka menginginkan puasa dilaksanakan selalu pada musim dingin atau musim bunga yang siangnya lebih pendek dari malam, berbeda dengan puasa pada musim panas, disamping suhu yang panas siang juga lebih panjang dari malam hari. Sehingga, puasa akan terasa sangat sulit dan melelahkan.
Namun, begitulah hikmahnya Allah memerintahkan puasa berdasarakan perjalan bulan bukan matahari agar puasa dirasakan pada semua musim dan semua kondisi. Sebab, jika puasa berdasarkan perjalan matahari, maka ibadah puasa akan selau berada dalam satu keadaan. Jika tahun ini puasa di mulai pada musim panas, maka selamanya puasa akan berada pada musim panas. Berbeda dengan perjalanan bulan yang selalu berubah, di mana jika tahun ini puasa dilaksanakan pada musim panas, maka tahun depan atau beberapa tahun kemudian puasa akan dilaksanakan pada musim dingin atau semi dan seterusnya.
Artinya: ….Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,…
Dalam sebuah riwayat juga ditemukan bahwa umat Yahudi berpuasa pada setiap tanggal 10 Muharram, sebagai syukur atas keselamatan Musa dari kejaran Fir’aun. Maka Nabi SAW juga memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram yang dikenal dengan puasa hari Asyura.
Umat Yahudi juga diperintahkan berpuasa 1 hari pada hari ke 10 bulan ke 7 dalam hitungan bulan mereka selama sehari semalam. Sementara masyarakat Mesir kuno, Yunani, Hindu, Budha, juga melaksanakan puasa berdasarkan perintah tokoh agama mereka. Umat Nashrani juga berpuasa dalam hal-hal tertentu, seperti puasa daging, susu, telur, ikan, bahkan berbicara. Seperti yang pernah dilakukan Maryam ibu Nabi Isa sebagaimana dalam surah Maryam ayat 26:

Artinya: Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Mengetahui sejarah puasa umat terdahulu penting untuk diketahui agar kita jangan mencontoh puasa umat lalu, seperti umat Yahudi yang memilih waktu puasa seenaknya bukan menurut aturan Allah. sebab, ibadah yang lakukan dengan “kelicikan” kerugiannya akan diderita oleh manusia itu sendiri. Kita juga harus menyadari bahwa puasa adalah ibadah yang pelaksanaannya menuntut keimanan dan kesadaran. Ibadah puasa adalah untuk manusia itu sendiri. Bukankah Allah menegaskan bahwa tujuan puasa adalah untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Puasa akan menjadikan manusia berubah dari tingkat mukmin menjadi muttaqin.
Untuk bisa berubah ke arah dan bentuk yang lebih baik, bukan hanya manusia yang berpuasa, akan tetapi sebagian binatangpun ketika bermetamorfosa (merobah wujud) juga berpuasa, seperti halnya kupu-kupu yang berubah dari ulat yang bentuk dan rupanya jelek dan berjalan melata, menjadi seekor kupu-kupu yang bersayap dan berawarn indah serta bisa terbang karena berpuasa. 
Soal:
5.  Sudah diketahui bersama puasa Ramadan merupakan kewajiban orang yang Islam. Bagi anak-anak (yang belum baligh) tidak diperintahkan untuk berpuasa. Namun demikian orang tua sangat dianjurkan untuk mendorong anak-anak untuk mencoba berpuasa semampunya agar mereka terbiasa melakukannya ketika mereka tumbuh dewasa, dan mengetahui bahwa ibadah puasa Ramadhan merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan langsung Allah Swt. maka jelaskan bagaimana cara mendidik anak-anak agar mereka terbiasa dan mengetahui makna puasa Ramadan tersebut?
Jawab:
Ada banyak cara untuk mengajarkan anak tentang puasa Ramadhan, Islam mengajarkan agar anak diperintahkan untuk menunaikan Shalat begitu juga dengan Puasa ketika telah mencapai usia 7 tahun. Ini mengingatkan bahwa pendidikan sejak usia dini sangat ditekankan dalam Islam. Sementara itu, salah satu hadits yang mendukung agar anak-anak diajarkan untuk puasa Ramadhan diantaranya:
Barangsiapa yang tidak berpuasa di pagi hari, maka hendaklah ia menyempurnakan sisa hari ini dengan berpuasa. Barangsiapa yang berpuasa di pagi harinya, hendaklah ia tetap berpuasa.” Ar Rubayyi’ berkata, “Kami berpuasa setelah itu. Dan kami mengajak anak-anak kami untuk berpuasa. Kami membuatkan pada mereka mainan dari bulu. Jika saat puasa mereka ingin makan, maka kami berikan pada mereka mainan tersebut. Akhirnya mereka terus terhibur sehingga mereka menjalankan puasa hingga waktu berbuka.” (HR. Bukhari)
Yang terbaik dan yang terpenting adalah memberi contoh yang baik dengan berpuasa dengan benar dan berperilaku sesuai dengan ajaran Al Qur’an. Bila itu sudah terpenuhi, maka dapat dengan mudah mengajari anak atau anak didik dalam memperkenalkan puasa Ramadan itu sendiri.
Berikut adalah beberapa tips yang dapat digunakan bagi anak dalam mendidik kewajiban puasa Ramadan:
·    Doronglah mereka untuk berpuasa dalam beberapa hari bahkan hingga setiap hari, tergantung pada usia mereka. Bagi anak-anak yang masih berusia 5-6 tahun mungkin belajar puasa setengah hari sudah cukup baik. Jangan lupa, pujilah mereka didepan teman-teman dan keluarga atas kemauan mereka berpuasa.
·    Biarkan anak-anak pergi ke Mesjid, untuk berbuka puasa bersama untuk membuat mereka merasakan kebesaran puasa Ramadan dan kesatuan umat Islam dalam menyembah Allah.
·    Jika anak belum mampu berpuasa sehari penuh, libatkan mereka berbuka bersama keluarga untuk mengajarkan mereka bahwa kita sedang berbuka puasa, walaupun boleh jadi mereka baru saja makan sebelumnya.
·       Ajarkan anak-anak berdo’a ketika sahur maupun berbuka puasa
·       Ajaklah anak  untuk sholat Tarawih sehingga mereka terbiasa dan tahu tentang hal itu sejak usia dini. Mereka bisa dibiarkan saja duduk atau berbaring ketika mereka merasa lelah.
·    Ajarkan mereka untuk shodaqoh. Melakukannya didepan mereka dan memberitahu mereka bahwa melakukannya shodaqoh dan amal lainnya di bulan Ramadhan lebih besar pahalanya dari hari-hari biasa.
·    Ajarkan mereka untuk bertadarus membaca Al-Quran dan memberitahu mereka bahwa Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) selalu melakukan itu di setiap bulan Ramadan.
·     Luruskan mereka jika mereka berperilaku salah atau mengucapkan kata-kata kurang baik dan mengingatkan mereka bahwa mereka sedang berpuasa, beritahukan mereka bahwa hal itu bisa mengurangi pahala puasa Ramadan mereka.
·    Bangunkan mereka untuk makan sahur (walaupun jika mereka tidak berpuasa) dan shalat Subuh.
·      Saat tiba Idul Fitri, bantu mereka mandi, berilah mereka pakaian terbaik, dan ajaklah mereka untuk sholat Idul Fitri. Ajarkan kepada mereka bahwa inilah perayaan umat Islam, yang berbeda dengan perayaan-perayaan lainnya.

 (1)Gambar. https://www.google.co.id/search?q=puasa+ramadhan&espv=2&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiU2fLskLDTAhUHi5QKHXe8DpwQ_AUIBigB&biw=1366&bih=662#imgrc=DYYqOU8kqQvAkM:

Post a Comment

0 Comments